1. Temukan dua
senyawa alkaloid yang berisomer satu sama lain. Tuliskan struktur lengkap dan
sumber darimana kedua senyawa tersebut ditemukan (link, referensi dsb).
Jawab :
Kina/ kuinina
merupakan alkaloid ditemukan dalam kulit pohon cinchona. Kina telah
digunakan untuk mengobati malaria (penyakit berulang yang ditandai dengan
menggigil parah dan demam).
Tumbuhan Kina (Chincona sp.) merupakan bahan baku farmasi yang sangat dinilai dan terkenal luas sebagai salah satu jenis tanaman obat-obatan berkhasiat dan sudah lama digunakan sebagai obat anti malaria. Pada struktur kinin terdapat 2 bagian yaitu cincin kinin dan kinolin (lihat stuktur kimia di atas). Pada cincin kinolin terdapat 2 atom C asimetrik sehingga produknya berupa campuran dengan struktur dalam ruang yang berebda. Khasiat tanaman ini, sabagai anti malaria berasal dari senyawa alkaloid kuinina (alkaloid chincona) terutama senyawa kuinina (C20H24N2O2), kuinidina (isomer dari kuinina), sinkonina (C19H22N2O), dan sinkonidina (isomer dari sinkonina). Hampir keseluruhan bagian tanaman kina (akar, batang, daun, dan kulit) mengandung senyawa alkaloid kiunina tersebut dalam persentase yang berbeda.
Tumbuhan Kina (Chincona sp.) merupakan bahan baku farmasi yang sangat dinilai dan terkenal luas sebagai salah satu jenis tanaman obat-obatan berkhasiat dan sudah lama digunakan sebagai obat anti malaria. Pada struktur kinin terdapat 2 bagian yaitu cincin kinin dan kinolin (lihat stuktur kimia di atas). Pada cincin kinolin terdapat 2 atom C asimetrik sehingga produknya berupa campuran dengan struktur dalam ruang yang berebda. Khasiat tanaman ini, sabagai anti malaria berasal dari senyawa alkaloid kuinina (alkaloid chincona) terutama senyawa kuinina (C20H24N2O2), kuinidina (isomer dari kuinina), sinkonina (C19H22N2O), dan sinkonidina (isomer dari sinkonina). Hampir keseluruhan bagian tanaman kina (akar, batang, daun, dan kulit) mengandung senyawa alkaloid kiunina tersebut dalam persentase yang berbeda.
kuidina Struktur Kina
2. (a.) Usulkan
teknik isolasi dan pemurnian kedua senyawa yang berisomer tersebut.
(b.) Jelaskan alasan dan pemilihan pelarut
untuk ekstraksi/pemurnian/isolasi tersebut.
Jawab:
· Tehnik Isolasi dan Pemurnian Kina
Batang
batang kina (panjang 2 cm, ΓΈ 1 cm) dicuci dengan air, lalu disterilkan dengan
etanol 70% selama 1 menit, natrium hipoklorit 5,3% selama 5 menit, dan etanol
75% selama 0,5 menit. Batang kina dibelah dua secara longitudinal, lalu
diletakkan di atas cawan petri berisi corn meal-malt agar
(CMMA) yang
telah dicampur dengan kloramfenikol 0,05 mg/mL. Batang yang sama diletakkan
juga di atas nutrient agar yang dicampur dengan nistatin 0,10 mg/mL.
Keduanya diinkubasi selama 3 hari pada suhu 27ΒΊC, kemudian koloni dipindahkan
ke PDA dalam cawan petri dan selanjutnya diinkubasi lagi pada suhu 27ΒΊC dan
dilakukan pengecekan secara berkala untuk pemurnian lebih lanjut. Masing masing
endofit diisolasi melalui beberapa kali pemindahan, sehingga diperoleh isolat
murni. Sebanyak 88 mikroba endofit yang telah diisolasi, ditanam pada agar
miring (PDA) dan diinkubasi dalam inkubator suhu 29ΒΊC, selanjutnya setiap 2 bulan
sekali dikultivasi kembali. Sebagian kecil isolat disimpan dalam medium PDA
pada suhu -80ΒΊC.
alasannya :
Kaidah-kaidah dalam pemilihan pelarut yang digunakan dalam isolasidan furifikasi secara umum yaitu harus:
<
a.Pelarut yang kita gunakan tidak bercampur dengan zat yang akan
diisolasi.
<
b.Pelarut yang kita gunakan jangan sampai bereaksi dengan zat yang akan
diisolasi.
<
c.Pelarut yang kita gunakan dapat dengan mudah melarutkan pada saat
mengekstraksi.
d.Pelarut yang kita gunakan sesuai
dengan kriteria zat yang akan diekstraksi.
<
e.Pelarut yang kita gunakan mudah dadapat dan efesiensi.
Berdasarkan pemilihan pelarut ini, maka kita
bisa menyimpulakan bahwa pelarut yang kita gunakan ini dapat diklasifikasikan
menjadi 3 berdasrkan kepolaran pelarut-pelarut tersebut. Kepolaran ini
maksudnya pada saat proses ekstraksi senyawa yang memiliki polaritas yang sama
akn lebih mudah dilarutkan dengan pelarut yang memiliki polaritas yang sama
pula. Adapun klasifikasinya yaitu:
<
1. Pelarut yang bersifat
polar
Pelarut polar ini cocok untuk mengekstraksi
senyawa polar dari tanaman.
Contohnya:
a) Metanol
b) Etanol
c) Asam asetat
d) Air
<2.
Pelarut yang bersifat semi-polar
Pada pelarut ini kepolarannya lebih rendah
dibandingkan dengan pelarut polar, sehingga pelarut semi polar ini cocok
digunakan untuk senyawa yang bersifat semi polar pula dari tanamn tersebut.
Contohnya:
a) Kloroforom
b) Aseton asetat
<3.
Pelarut yang bersifat non-polar
Pada pelarut ini, bearti senyawa yang
diekstrak tidak larut dalam pelarut polar. Senyawa yang diekstrak lebih menuju
kepada jenis minyak sehingga pelarut yang digunakn cocok yaitu pelarut
non-polar.
Contohnya:
a) Eter
b) Heksana
Berdasarkan kaidah dan kepolaran pelarut ini,
maka saya dapat menyimpulkan bahwa pelarut yang digunakan pada saat mengisolasi
senyawa-senyawa flavonoid, alkaloid, terpenoid, dan steroid akan berbeda-beda
pula pelarut yang digunakan.
http://slamatysf.blogspot.com/2012/11/mid-semester-kimia-bahan-alam.html
http://slamatysf.blogspot.com/2012/11/mid-semester-kimia-bahan-alam.html
3. usulkan tahap2 biosintesis kedua senyawa tersebut dengan reaksi2 kimia organik. Jelaskan dasar referensinya (sumber,link)
jawab :
seiring
dengan perkembangan ilmu bioteknologi dicoba satu cara terbaru dalam
memproduksi senyawa alkaloid sinkona dan turunannya dengan memanfaatkan mikroba
endpfit yang hidup dalam tanaman tersebut. Mikroba enoifit adalah mikroba yang
hidup di dalam tanaman sekurangnya selama periode tertentu dari siklus hidupnya
dapat membentuk koloni dalam jaringan tanaman tanpa membahayakan inangnya.
Meskipun
penelitian mengenai endofitik telah telah dimulai sejak lama, tetapi penggunaan
mikroba endofit untuk memproduksi senyawa bioaktif masih sedikit. Mikroba
endofit diisolasi dari jaringan tanaman dan ditumbuhkan pada medium fermentasi
dengan komposisi tertentu. Di dalam medium fermentasi tersebut mikroba endofit
menghasilkan senyawa sejenis seperti yang terkandung pada tanaman inang dengan
bantuan aktivitas enzim. Mikroba endofitik tumbuh dan memproduksi senyawa
metabolit sekunder lebih lambat pada medium buatan daripada medium di dalam
tanaman inangnya, oleh karena itu sangat penting untuk merancang media lokasi maupun pertumbuhannya yang
sesuai.
Kina disintesis dari triptofan melalui 16
tahap dengan menggunakan membutuhkan 16
enzim untuk menghasilkan Kina. Dalam
proses sintesis perlu dilakukan penambahan zat induser yang diinokulasikan
secara bersama-sama dengan mediumnya. Zat induser adalah suatu zat yang
memiliki komponen nutrisi yang serupa dengan dengan tanaman inangnya dan dapat
menstimulasi pertumbuhan mikroba endofit dalam memproduksi senyawa bioaktif
sebagai hasil metabolisme sekunder.
4.tentukan bagaimana cara mengelusidasi struktur lengkap
dari kedua senyawa tersebut.
jawab :
jawab :
Menurut
literatur , penentuan struktur lengkap dari senyawa kuinina dan kuinidina
adalah dengan
Kromatografi Lapis Tipis ( KLT) .
Seluruh isolat sebanyak 88 yang telah dimurnikan, satu persatu ditumbuhkan dalam 3 jenis media cair, yaitu PDB, medium A dan medium B. Hasil skrining awal dari 88 isolat yang diuji dalam ketiga jenis media tersebut, diperoleh 2 kapang endofit yang menghasilkan senyawa alkaloid, yang ditunjukkan dengan adanya bercak oranye pada KLT dengan penampak bercak pereaksi Dragendorf (Gambar 2). Hasil KLT ekstrak CHCl3 dari LMC-19 pada agar miring yang ditumbuhkan dalam media cair ditunjukkan pada Gambar 2(a) menghasilkan bercak warna oranye dengan jarak migrasi Rf 0,49 sama seperti standar kinin. Hal ini menunjukkan bahwa kapang tersebut dapat menghasilkan kinin dalam media cair PDB setelah 3 hari. Demikian juga LMC-29 asal agar miring dalam media PDB setelah 7 hari (Gambar 2b) dan dalam media B setelah 2 hari (Gambar 2c), masing-masing menghasilkan kinin (Rf 0,49) sama dengan Rf standar kinin.
Kromatografi Lapis Tipis ( KLT) .
Seluruh isolat sebanyak 88 yang telah dimurnikan, satu persatu ditumbuhkan dalam 3 jenis media cair, yaitu PDB, medium A dan medium B. Hasil skrining awal dari 88 isolat yang diuji dalam ketiga jenis media tersebut, diperoleh 2 kapang endofit yang menghasilkan senyawa alkaloid, yang ditunjukkan dengan adanya bercak oranye pada KLT dengan penampak bercak pereaksi Dragendorf (Gambar 2). Hasil KLT ekstrak CHCl3 dari LMC-19 pada agar miring yang ditumbuhkan dalam media cair ditunjukkan pada Gambar 2(a) menghasilkan bercak warna oranye dengan jarak migrasi Rf 0,49 sama seperti standar kinin. Hal ini menunjukkan bahwa kapang tersebut dapat menghasilkan kinin dalam media cair PDB setelah 3 hari. Demikian juga LMC-29 asal agar miring dalam media PDB setelah 7 hari (Gambar 2b) dan dalam media B setelah 2 hari (Gambar 2c), masing-masing menghasilkan kinin (Rf 0,49) sama dengan Rf standar kinin.
Gambar 2. (a). Hasil skrining awal KLT
kapang LMC-19 (PDB), dan (b). LMC-29 (PDB) dan (c). LMC-29 (B)
Gambar 4. Kromatogram hasil KCKT ekstrak
CHCl3 dari LMC-19 (dari serpihan batang C. ledgeriana) dalam media PDB
(a), kromatogram dan spektrum standar kinin 0,1 mg/L (b). Eluen KH2PO4 20 mM pH
2,50: CH3CN = 9 : 1, dan kecepatan alir 1 mL/menit dan = 210 nm.