STRUKTUR DAN KEREAKTIFAN SENYAWA TERPENOID
Penyelidikan selanjutnya menunjukan pula bahwa sebagian besar terpenoid mempunyai kerangka karbon yang dibangun oleh dua atau lebih unit C5 yang disebut unit isopren. Unit C5 ini dinamakan demikian karena kerangka karbonnya seperti senyawa isopren. Wallach (1887) mengatakan bahwa struktur rangka terpenoid dibangun oleh dua atau lebih molekul isopren. Pendapat ini dikenal dengan “hukum isopren”.
Penyelidikan selanjutnya menunjukan pula bahwa sebagian besar terpenoid mempunyai kerangka karbon yang dibangun oleh dua atau lebih unit C5 yang disebut unit isopren. Unit C5 ini dinamakan demikian karena kerangka karbonnya seperti senyawa isopren. Wallach (1887) mengatakan bahwa struktur rangka terpenoid dibangun oleh dua atau lebih molekul isopren. Pendapat ini dikenal dengan “hukum isopren”.
Ingold
(1925) mengatakan pula bahwa isopren unit yang terdapat di alam
masing-masing bergabung dengan ikatan “head to tail” yang bahagian ujung
suatu molekul berikatan dengan bagian kepala molekul isopren lainnya.
Beberapa contoh terpenoid :
monoterpen
seskiuterpen
politerpen
terpenoid tak teratur
Semua senyawa di atas banyak terdapat dalam minyak atsiri.
PERTANYAAN : Bila reaksi organik sebagaimana tercantum dalam Gambar 2 ditelaah lebih mendalam, ternyata bahwa sintesa terpenoid oleh organisme adalah sangat sederhana sifatnya. Ditinjau dari segi teori reaksi organik sintesa ini hanya menggunakan beberapa jenis reaksi dasar. Reaksi-reaksi selanjutnya dari senyawa antara GPP, FPP dan GGPP untuk menghasilkan senyawa-senyawa terpenoid satu persatu hanya melibatkan beberapa jenis reaksi sekunder pula. Reaksi-reaksi sekunder ini lazimnya ialah hidrolisa, siklisasi, oksidasi, reduksi dan reaksi-reaksi spontan yang dapat berlangsung dengan mudah dalam suasana netral dan pada suhu kamar, seperti isomerisasi, dehidrasi, dekarboksilasi dan sebagainya. Apakah bila sintesa terpenoid tersebut tidak dilakukan oleh organisme maka struktur dan sifatnya akan tetap sederhana ???
dan apakah tetap melibatkan reaksi sekunder pula atau melibatkan reaksi lain dan pada suasana apakah reaksi tersebut berlangsung ???
terpenoid tak teratur
Kecuali
pernyataan di atas, senyawa-senyawa lain yang mempunyai struktur
sejenis dengan dipenten ditemukan pula secara luas dalam berbagai minyak
atsiri. Akan tetapi, kelemahan utama dari hipotesis ini ialah bahwa
isopren tidak pernah ditemukan di alam dan hanya dapat diperoleh dari
pirolisa monoterpen tertentu.
Usaha
untuk menemukan senyawa isopren biologis yang sesungguhnya digunakan
oleh organisme untuk sintesa terpenoid dilakukan oleh banyak peneliti
selama bertahun-tahun. Masalah ini akhirnya dapat diselesaikan oleh J.W.
Cornforth pada tahun 1959 dari penyelidikan-penyelidikannya dibidang
steroid. Conforth menemukan dua bentuk isoprene yang aktif, yakni
isopentenil pirofosfat (IPP) dan dimetilalil pirofosfat (DMAPP). Kedua
isopren aktif ini harus ada untuk keperluan sintesa terpenoid oleh
organisme.
Penyelidikan-penyelidikan
selanjutnya oleh para ahli menunjukan bahwa IPP dan DMAPP berasal dari
asam mevanolat. Selanjutnya diketahui pula bahwa satu-satunya sumber
karbon bagi asam mevanolat, begitu pula IPP dan DMAPP ialah asam asetat
atau turunannya yang aktif, yakni asetil pirofosfat. Mekanisme dari
tahap-tahap reaksi biosintesa terpenoid, pada waktu ini sudah diketahui
dengan baik dan tercantum pada Gambar 2.
Seperti
dapat dilihat dari Gambar 2, asam asetat setelah diaktifkan oleh
koenzim A melakukan kondensasi jenis Claisen menghasilkan asam
asetoasetat. Senyawa yang dihasilkan ini dengan asetil koenzim A
melakukan kondensasi jenis aldol menghasilkan rantai karbon bercabang
sebagaimana ditemukan pada asam mevanolat. Reaksi-reaksi berikutnya
ialah fosforilasi, eliminasi asam fosfat dan dekarboksilasi menghasilkan
IPP yang selanjutnya berisomerisasi menjadi DMAPP oleh enzim isomerase.
IPP sebagai unit isopren aktif bergabung secara kepada ke-ekor dengan
DMAPP dan penggabungan ini merupakan langkah pertama dari polimerisasi
isopren untuk menghasilkan terpenoid. Penggabungan ini terjadi karena
serangan elektron dari ikatan rangkap IPP terhadap atom karbon dari
DMAPP yang kekurangan elektron diikuti oleh penyingkiran ison
pirofosfat. Serangan ini menghasilkan geranil pirofosfat (GPP) yakni
senyawa antara bagi semua senyawa monoterpen.
Penggabungan
selanjutnya antara satu unit IPP dan GPP, dengan mekanisme yang sama
seperti antara IPP dan DMAPP, menghasilkan farnesil pirofosfat (FPP)
yang merupakan senyawa antara bagi semua senyawa seskuiterpen.
Senyawa-senyawa diterpen diturunkan dari geranil-geranil pirofosfat
(GGPP) yang berasal dari kondensasi antara atau satu unit IPP dan GPP
dengan mekanisme yang sama pula.
Bila
reaksi organik sebagaimana tercantum dalam Gambar 2 ditelaah lebih
mendalam, ternyata bahwa sintesa terpenoid oleh organisme adalah sangat
sederhan a sifatnya. Ditinjau dari segi teori reaksi organik sintesa ini
hanya menggunakan beberapa jenis reaksi dasar. Reaksi-reaksi
selanjutnya dari senyawa antara GPP, FPP dan GGPP untuk menghasilkan
senyawa-senyawa terpenoid satu persatu hanya melibatkan beberapa jenis
reaksi sekunder pula. Reaksi-reaksi sekunder ini lazimnya ialah
hidrolisa, siklisasi, oksidasi, reduksi dan reaksi-reaksi spontan yang
dapat berlangsung dengan mudah dalam suasana netral dan pada suhu kamar,
seperti isomerisasi, dehidrasi, dekarboksilasi dan sebagainya.
Klik gambar untuk memperbesar
Dari
persamaan reaksi di atas terlihat bahwa pembentukan senyawa-senyawa
monoterpen dan senyawa terpenoida berasal dari penggabungan 3,3 dimetil
allil pirofosfat dengan isopentenil pirofosfat.
Dari bahan asal yang sama juga dibentuk :
Semua senyawa di atas banyak terdapat dalam minyak atsiri.
PERTANYAAN : Bila reaksi organik sebagaimana tercantum dalam Gambar 2 ditelaah lebih mendalam, ternyata bahwa sintesa terpenoid oleh organisme adalah sangat sederhana sifatnya. Ditinjau dari segi teori reaksi organik sintesa ini hanya menggunakan beberapa jenis reaksi dasar. Reaksi-reaksi selanjutnya dari senyawa antara GPP, FPP dan GGPP untuk menghasilkan senyawa-senyawa terpenoid satu persatu hanya melibatkan beberapa jenis reaksi sekunder pula. Reaksi-reaksi sekunder ini lazimnya ialah hidrolisa, siklisasi, oksidasi, reduksi dan reaksi-reaksi spontan yang dapat berlangsung dengan mudah dalam suasana netral dan pada suhu kamar, seperti isomerisasi, dehidrasi, dekarboksilasi dan sebagainya. Apakah bila sintesa terpenoid tersebut tidak dilakukan oleh organisme maka struktur dan sifatnya akan tetap sederhana ???
dan apakah tetap melibatkan reaksi sekunder pula atau melibatkan reaksi lain dan pada suasana apakah reaksi tersebut berlangsung ???
baiklah saudri putri, saya akan mencoba menjawab pertanyaan anda,, menurut literatur yang saya baca jika sintesa terpenoid tidak dilakukan oleh organisme maka reaksinya lebih kompleks tapi tetap saja melibatkan reaksi sekunder.
BalasHapusuntuk sementara hanya itu saja yang dapat saya simpulkan. semoga dapat membantu.
saya akan mencoba menjawab pertanyaan sdri. putri menurut sy apakah jika sintesa terpenoid tersebut tidak dilakukan oleh organisme maka struktur dan sifatnya akan tetap sederhana, menurut sy tidak, karena seperti kita ketahui struktur terpenoid itu sendiri tersusun dari sintesa terpenoid oleh organisme yang sifatnya sdederhana, dan Terpen merupakan suatu golongan hidrokarbon yang banyak dihasilkan oleh organisme tumbuhan dan sebagian kelompok hewan, jadi sintesa terpenoid tersebut dilakukan oleh organisme, dan utk pertanyaan ke anda yg ke-2, sy setuju dg sdri. yeti yaitu jika sintesa terpenoid tidak dilakukan oleh organisme maka reaksinya lebih kompleks tapi tetap saja melibatkan reaksi sekunder. trimakasih
BalasHapus